WASPADAI BENTURAN DI KEPALA ANAK

Tak semua trauma pada kepala mengakibatkan gegar otak. Namun, kemungkinan terjadinya tetap perlu diwaspadai.

Setiap kali kepalanya terbentur agak keras, anak-anak yang masih kecil biasanya menangis karena kesakitan atau karena terkejut. Semakin keras tangis si anak, semakin cemas kita dibuatnya. Sebaliknya kalau benturan di kepala tidak sempat membuat anak menangis ataupun rewel, bayangan cedera yang berat pun lekas pupus karenanya. Padahal, seperti dikatakan dr. Jahja Zacharia, Sp.A., setiap benturan di kepala bisa saja menimbulkan trauma atau cedera yang berbahaya. Secara klinis, trauma ini akan ditandai dengan benjolan, memar atau bisa juga disertai perdarahan atau gegar otak, entah karena perlukaan di bagian luar atau di dalam tulang tengkorak (intrakranial). Saat mengalami trauma, anak bisa tetap sadar atau sampai tidak sadarkan diri/koma.

Aktivitas anak-anak biasanya memang disertai risiko trauma kepala. Bayi yang sedang belajar memiringkan tubuh, misalnya, bisa tiba-tiba jatuh dari tempat tidur saat orang tua atau pengasuhnya meleng. Atau jika mobil yang tengah melaju direm mendadak dan anak tidak didudukkan di atas kursi berpengaman khusus, sangat mungkin terjadi benturan. Jadi memang risiko trauma kepala ini bisa terjadi di manapun dan kapanpun.

“Kasus trauma kepala yang serius memang jarang terjadi dalam kegiatan rumah tangga sehari-hari. Tetapi bila terjadi risikonya sangat berat. Oleh karena itu kemungkinan gegar otak tetap perlu diwaspadai, jangan diabaikan karena menyangkut otak yang merupakan organ utama kita. Masa depan manusia bisa dikatakan terletak pada otaknya,” ujar Spesialis Anak di RS Mitra Internasional, Jakarta ini. Lanjutkan membaca WASPADAI BENTURAN DI KEPALA ANAK